Pimpinan Dayah Tinggi Islam Samudera Pase, Baktiya Aceh Utara dan Pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah (STIES) Baktiya, Aceh Utara serta Dosen Siasah Syariyyah Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Tgk. Ajidar Matsyah, menjadi narasumber peHTem edisi Kamis, 1 Juni 2023 episode ke 82 Tahun ke 3 dengan tema: Pro dan Kontra Qanun LKS Benarkah BSI Akan Angkat Kaki dari Aceh? yang dipandu oleh host Siti Aminah, S.IP, M.MLS, Jangan lupa like share comment and subsribe.

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah:

Tsunami Menguatkan Solidaritas dan Memperkaya Pengetahuan

ISTIMEWAPlt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah didampingi Kepala BNPB Pusat, Doni Munardo, Ketua DPR Aceh, Dahlan Jamaluddin dan Bupati Pidie, Roni Ahmad menyerahkan sertifikat kepada Duta Besar Negara Sahabat pada peringatan 15 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh, di lapangan Pidie Convention Center, Kabupaten Pidie, Kamis, 26/12/2019.
A A A

PIDIE - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh  Ir H Nova Iriansyah mengatakan peristiwa tsunami Aceh yang terjadi 15 tahun yang lalu telah memberi banyak pelajaran bagi semua.

"Kita menjadi lebih tahu bagaimana saling membantu dan berbagi, bangkit membangun, saling menghargai, menguatkan solidaritas, memperkaya pengetahuan, bahkan membuat kita lebih tabah dan beriman," katanya.

Hal itu diungkapkan saat menyampaikan pidato peringatan 15 tahun Tsunami Aceh, di Pidie Convention Center, Kamis (26/12/2019).

Diingatkan apa yang telah terjadi itu penting sebagai renungan bersama, Allah SWT bukan sedang menyiksa hambanya kala menurunkan bencana.

Tetapi Allah SWT sedang menguji hambanya sesuai batas, sebagaimana firmannya. Nova pun mengutip surat Al Baqarah ayat 286, yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."

Nova menambahkan, dan Allah menampakkan rahasia setelah bencana itu yaitu konflik Aceh berakhir delapan bulan setelah tsunami dengan hadirnya perdamaian Aceh, pada 15 Agustus 2005, yang disepakati Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) lewat sebuah perundingan yang bermartabat di Helsinki, Finlandia.

"Nah, tonggak bersejarah itu kita kenal sebagai MoU Helsinki," ungkap Nova.

Setelah MoU, Aceh terus bangkit membangun lebih baik lagi untuk cita- cita kesejahteraan seluruh masyarakat.

Inilah salah satu bukti dari janji Allah sebagaimana Firman-Nya.

Dalam surat Al Insyirah ayat 5-6 yang artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Allah mengulang kalimat itu dua kali secara berurutan. Tidak sedikit keraguan bagi kita umat Islam terhadap Firman-Nya.

Tujuan memperingati 15 Tahun Tsunami bukanlah untuk membuka kembali kesedihan dan luka lama, melainkan untuk membangkitkan semangat guna menjadikan bencana sebagai momentum meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.

Sekaligus menyadarkan kita agar peduli dengan pelestarian lingkungan dan selalu waspada terhadap segala jenis bencana. Sesuai dengan tema peringatan tsunami kali ini, ‘Melawan Lupa, Siaga Bencana’. Apalagi Aceh dan sejumlah wilayah lain di Indonesia terletak di kawasan yang rawan bencana.

Hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia merupakan titik bertemunya tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.

Lempeng ini kerap bergeser menumbuk lempeng lainnya sehingga berdampak pada terjadinya gempa bumi, bahkan berpotensi berulangnya tsunami.

"Ini bahkan tercatat sejak lama, dalam sebuah penelitian jejak tsunami purba di Gua Ek Leuntie, Lhoong, Aceh Besar," katanya.

Ada berbagai bencana lain juga mengancam Aceh dan sering terjadi, seperti kebakaran hutan dan lahan, banjir bandang, banjir genangan, tanah longsor, akibat perambahan hutan, maupun kelalaian kita dalam menjaga alam dan lingkungan.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), dalam tahun ini sampai November 2019, telah terjadi sebanyak 754 kali bencana di Aceh, terbanyak kebakaran hutan dan lahan, serta banjir. "Ini bukan jumlah yang sedikit, dan seharusnya dapat dicegah," ujarnya.

Karenanya, pada kesempatan ini Nova mengajak semua pihak agar hendaknya dapat menahan diri dari segala perbuatan merusak alam dan lingkungannya.

Nova juga mengajak masyarakat untuk menjadikan momentum  peringatan tsunami untuk melahirkan perilaku yang positif, sekaligus menciptakan berbagai perubahan diri agar lebih kreatif dalam membangun Aceh yang lebih baik di masa depan.

Bencana terparah abad 21

Bencana Tsunami yang melanda Aceh 15 tahun lalu, telah mengajarkan banyak hal. Peristiwa itu meninggalkan duka, trauma, kehilangan, kepedihan dan keterpurukan.

Lengkap semua penderitaan pada saat itu, ditambah kondisi konflik Aceh yang belum berakhir.

Dunia bahkan mengakui Tsunami Aceh sebagai bencana terparah sepanjang abad ke-21.

Bencana itu tidak hanya memporak- porandakan Aceh, tapi juga berdampak hingga ke negara lain, seperti Thailand, India, Sri Langka dan sebagian wilayah Asia lainnya.

Korban yang meninggal lebih dari 200 ribu jiwa, menyebabkan lebih setengah juta warga Aceh terpaksa tinggal di tenda- tenda dan barak pengungsian, sampai beberapa tahun setelahnya.

Peringatan tsunami ke 15 tahun itu dihadiri oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, para Consul General dari Negara sahabat seperti Jepang, India, Singapura, China, dan masyarakat internasional serta anggota DPR Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda dan Kajati Aceh, serta unsur Forkopimda, Ustadz Syauqi Zainuddin MZ dan Bupati Pidie, para Bupati/ Walikota se Aceh.

Rubrik:ACEH

Komentar

Loading...