Kepala Dinas Syari'at Islam Kota Banda Aceh, Ridwan, S.Ag, M.Pd, menjadi narasumber peHTem edisi Kamis, 5 Oktober 2023 episode ke 14 Tahun ke IV dengan tema: Meneguhkan Banda Aceh Sebagai Barometer Penegakan Syari'at Islam di Nusantara yang dipandu oleh host Siti Aminah, S.IP, M.MLS Jangan lupa like share comment and subscribe.

Otodidak Belajar Jurnalistik

AK JailaniSayed Muhammad Husen, Ketua Bidang Kaderisasi PW PII Aceh (1988-1990) dan Ketua Bidang Ekstern/Humas PW PII Aceh (1991-1992)
A A A

saya cukup serius belajar jurnalistik apalagi setelah mendapat tugas dari Bang Mus meliput training HMI di Pusdiklat Pertanian di Indrapuri. Saya mendapat tugas dari Pemred berdua sahabat Amrul Syah. Bahkan saya dengar Bang Mus harus menjual vespa miliknya untuk menutupi biaya cetak.

Sayed Muhammad Husen Ketua Bidang Kaderisasi PW PII Aceh (1988-1990) dan Ketua Bidang Ekstern/Humas PW PII Aceh (1991-1992)

Dengan berinteraksi dalam jaringan PII mengantarkan saya berkenalan dengan T Syarif Alamuddin, yang ketika itu (1987) memimpin Warta Unsyiah, tabloid bulanan yang diterbitkan oleh Humas USK. Dari informasi kawan-kawan dia adalah tokoh yang dari awal menggerakkan PD PII Perguruan Tinggi. Saya diizinkan menulis berita di Warta Unsyiah yang dibimbing oleh redakturnya Boerhanuddin Usman, Rusydi MD, dan Nurdin F Joes. Sejak itu, saya belajar menulis berita secara otodidak.

Saya juga berkenalan dengan Ameer Hamzah, mahasiswa Fakultas Adab UIN yang aktif menulis di Majalah Santunan, Pemred Tabloid Ar-Raniry Post, dan redaksi Majalah Gema Ar-Raniry. Bang Ameer yang ikut PII sejak sekolah PGA cukup sering mengingatkan dan memotivasi saya menulis. Saya masih ingat, dia meminta saya menulis tentang eksistensi dakwah di kampus melalui LDK Fosma. Tulisan itu tidak cukup sempurna, namun dia memuatnya di Ar-Raniry Post sebagai motivasi supaya saya terus menulis.

Selain itu, KB PII M Hasbi Amiruddin terkenal luas sebagai wartawan Majalah Panji Masyarakat (Panjimas), Saifuddin A Rasyid penulis Majalah Santunan, Saidul Karnain Ishak LKBN Antara, dan Miswar Sulaiman wartawan Waspada. Secara tidak langsung saya jadikan mereka sebagai motivator dan sumber belajar. Dikatakan tidak langsung, sebab saya tidak bergabung satu tim kerja. Bahkan, saya mencita-citakan dan berdoa suatu waktu bisa sehebat M Hasbi Amiruddin yang menjadi wartawan nasional. Allah Swt kabulkan doa itu dan saya menjadi wartawan Suara Hidayatullah (1999-2003).

Berikutnya saya diajak bergabung dengan Mustafa A Glangggang (mantan PW PII Aceh) yang menerbitkan Majalah Serambi (1988). Mulai saat ini, saya cukup serius belajar jurnalistik apalagi setelah mendapat tugas dari Bang Mus meliput training HMI (malam hari) di Pusdiklat Pertanian di Indrapuri. Saya mendapat tugas dari Pemred berdua sahabat Amrul Syah. Majalah Serambi sebagai Tempo-nya Aceh tidak panjang umur, bahkan saya dengar Bang Mus harus menjual vespa miliknya untuk menutupi biaya cetak.

Saya juga sempat membantu Kanda Hasanuddin Yusuf Adan dan Asnawi Kumar menerbitkan edisi terakhir Majalah PII “Khittah”. Majalah itu tak boleh diedarkan di Banda Aceh, sebab keberadaan PII mulai dilarang. Karena sudah dicetak, kata Bang Hasan, semua majalah itu akhirnya diedarkan di Jakarta. Yang agak lama, saya membantu Kanda M Nasir Zalba mengelola Tabloid Suara Aceh yang diterbitkan oleh Humas Kantor Gubernur Aceh (1999-2003). Ikut juga mengelola Majalah Gema Legislatif dan Su Nanggroe, DPRA 2001-2003. Askses ke DPRA karena ada KB PII Tgk Muhammad Yus (Ketua DPRA) dan Mahyar Juned (Kasubbag Humas).

Dalam bidang jurnalistik juga, saya menggantikan Bahrom Mohd Rasyid mengajar mata kuliah Dasar-Dasar Jurnalistik di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry (2002). Ketika itu, Bahrom tak sempat lagi mengajar karena menjadi anggota DPRA. Saya juga membatu Fairus M Nur Ibrahim mengajar mata kuliah Reporting dan Editing pada fakultas yang sama. Semua ini bisa terjadi karena pertemanan PII.

Dengan banyaknya KB PII di media, membuat akses dan jaringan yang lebih baik di dunia penguat demokrasi ini. Sampai sekarang saya masih aktif mengelola Tabloid Gema Baiturrahman (Gema) dan beberapa media online. Pertama kali bergabung dengan Gema atas ajakan Ameer Hamzah tahun 1994. Ketika itu, saya tak bisa menghadiri rapat redaksi setiap Jumat sore, sebab pada waktu bersamaan mengajar di TPA. Saya baru bisa bergabung resmi pada Nopember 1995. Sejak 2014 saya diamanahkan sebagai Pemred Gema hingga sekarang. Akhirnya bergabung dengan mediaaceh.com juga karena persahabatan PII dengan AK Jailani.[]

Penulis
*) Sayed Muhammad Husen
Ketua Bidang Kaderisasi PW PII Aceh (1988-1990) dan Ketua Bidang Ekstern/Humas PW PII Aceh (1991-1992)

Komentar

Loading...