Kepala Dinas Syari'at Islam Kota Banda Aceh, Ridwan, S.Ag, M.Pd, menjadi narasumber peHTem edisi Kamis, 5 Oktober 2023 episode ke 14 Tahun ke IV dengan tema: Meneguhkan Banda Aceh Sebagai Barometer Penegakan Syari'at Islam di Nusantara yang dipandu oleh host Siti Aminah, S.IP, M.MLS Jangan lupa like share comment and subscribe.

Model Bersilat Lidah Laku di Masyarakat Tumpul Pikiran Lahir Pengelabui

For acehimage.comDr. Zainuddin, SE, M.Si, Dosen Universitas Serambi Mekkah
A A A

Tulisan ini semata-mata sebagai bentuk ikhtiar agar kita semua terhindar dari olah kata buaian kepada rakyat hanya untuk mencapai tujuan dan selanjutnya rakyat ditinggalkan tak dikenal lagi.

Dr. Zainuddin, SE, M.Si Dosen Universitas Serambi Mekkah

BANYAK dari pakar ekonomi menekankan bahwa berbicara tentang ekonomi harus berdasarkan data-data yang ada, tetapi dalam tulisan ini kita coba dengan asumsi yang tidak berdasarkan data statistik atau kita coba mengorek dengan model amatan yang ditangkap panca indra saja. Sering sekali rakyat terpesona dengan penyampaian orasi yang berapi-api diatas podium tentang kenikmatan dan kegembiraan kepada konstituen.

Kenikmatan dan kegembiraan yang didapat publik dari atas podium sangat dinikmati terutama publik yang tingkat intelektualnya rendah hingga mereka begitu antusias dan seakan-akan nyata. Tak terbantahkan memang keterbuaian publik lewat olah kata dan nada secara terus-menerus terjadi dan sekan-akan rakyat butuh hal demikian, maka tak salah sekarang kita bisa nyatakan buaiannya itu suatu kebutuhan rakyat dalam rangka meredam kegelisahan dan memberi harapan ketercemerlangan masa depan yang bakal diraih si rakyat tersebut.

Banyak contoh kejadian ini yang tidak bisa kita tampilkan grafik data buaiannya yang dinikmati rakyat. Namun, itu benar-benar terjadi bahwa buaian terbut bisa selesaikan masalah secara cepat dan itu terjadi berkali-kali penyeselasian masalah lewat buaian terhadap rakyat yang sama, tetapi rakyatnya ngeh juga dan sipemberi buaian dengan bangga tersenyum serta melambai tangan atas keberhasilannya menyelesaikan masalah dengan rangkaian kata manis bisa memenuhi ekspektasi dari rakyat itu sendiri. praktek demikian sudah menjadi tren yang sangat banyak dilakukan ditengah-tengah masyarakat dan masyarakat juga terkesima pada hal yang demikian.

Pemuasan kebutuhan rakyat melalui olah kata atau buaian itu akan terus terulang dan terulang pada keadaan rakyat yang buntu jalan fikirannya dan dilakukan oleh yang tajan fikiran bohongnya. Oleh sebab itu, pelaku pembuaian itu sangat percaya diri mengubar janji manis karena bagi mereka yang penting umbar janji untuk rakyat tersenyum pada saat janji diungkpakan serta tidak peduli akan realisasinya. Bagi mereka pembuai tidak penting untuk realisasi janji dan yang penting bagaimana memformulasikan janji itu begitu menyentuh rakyat. Maka tidak heran di negeri yang rakyatnya tumpul pemikiran akan terus-menerus manjadi objek pembuaian dan pembuai itu bisa leluasa berjanji kesana kesini dan rakyat pun terpuaskan dengan yang demikian.

Kadang-kadang pembuai juga mendapat tempat terhormat ditengah-tengah masyarakat yang jalan fikirannya ditumpulkan serta banyak juga pembuai bisa mencapai tingkat terhormat di jabatan publik yang mendapatkan elu-eluan rakyat. Dengan demikian, meraih kesuksesan melalui buaian jelas mereka tak peduli kepada yang dibuainya setelah capaian tercapai, maka jangan heran saat mencari pasar untuk memarketing buaiannya begitu ramah dan berakting dengan akhlak mulia serta tidak lagi mengenal pasar tersebut setelah selesai masa buaiannya berakhir. Output dari buaian juga sangat dekat dengan mencuri, mengelabui dan tega bertindak tak berkasihan karena mereka pelaku buaian tersebut benar-benar kejam serta sangat lebih kejam dari singa gurun afrika. Singa gurun afrika begitu teguh pada tanggung jawabnya pada kelompok mereka dan mereka rela mati-matian berjuang memenuhi kebutuhan anggota kelompok mereka, ya paling-paling sang raja saja yang sedikit dielu-elukan dan seterusnya mereka bagi rata demi kebutuhannya.

Tulisan ini semata-mata sebagai bentuk ikhtiar agar kita semua terhindar dari olah kata buaian kepada rakyat hanya untuk mencapai tujuan dan selanjutnya rakyat ditinggalkan tak dikenal lagi. Tak bermaksud menyerang siapapun dan bila kita ingin baju kita harus asah ketajaman fikiran rakyat agar jangan larut dalam janji-janji palsu sang pembuai.[]

*) Dr. Zainuddin, SE, M.Si
Dosen Universitas Serambi Mekkah

Komentar

Loading...