MARA Aceh Minta Pemerintah Tata Situs Sejarah

ACEH - Lembaga Pelestarian Seni Adat dan Peninggalan Sejarah Meukuta Alam Raya Aceh (MARA ACEH) mendesak pemerintah agar segera menata kembali lokasi situs sejarah Makam Sultan Sayyid Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail yang ada di Jalan Muhammad Jam, Banda Aceh.
Hal ini dianggap sangat penting dalam menjaga fakta sejarah yang kelihatannya mulai musnah satu persatu akibat gencarnya efek pembangunan dan semakin bertumbuhnya populasi manusia.
Pun demikian serangan pembangunan dan modernisasi tidaklah menjadi alasan untuk mengucilkan,jika tidak disebutkan menenggelamkan bukti sejarah otentik yang masih ada.
“Rakyat Aceh tidak hanya butuh pembangunan rill saja, rakyat juga butuh konsumsi sejarahnya, rakyat juga berhak mengenal dan mengetahui pahlawannya," sebut Tgk Tarmizi Thaib ketua MARA Aceh, Rabu (4/12/2019).
Oleh karena itu pihaknya mendesak pemerintah untuk segera mengembalikan Marwah dan martabat bangsa Aceh dengan cara merestorasi kembali Komplek Makam Sulthan sekaligus Ulama Aceh Keturunan nasab Rasulullah Saw tersebut.
"Makam Sultan Sayyid Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail nyan ken sigam sipak on pulot ( beliau bukan sembarang orang-red),jasa Beliau tidak sebanding dengan apa yang telah orang-orang lakukan sekarang, Beliau Ulama besar, pemimpin besar,tak layak membuat pembangunan bahkan ada WC di areal makam tersebut"ucap Tgk Tarmizi dengan nada meninggi.
Ia juga menegaskan, untuk jangan menyuarakan kata gemilang jika pusaka Endatu semakin tenggelam.
Ketua MARA ACEH itu juga meminta para cerdik pandai dan tokoh Agama untuk bersuara dan memberi pemahaman kepada pemerintah pentingnya menjaga keadaban terhadap Ulama- ulama besar sekaliber Makam Sultan Sayyid Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail.
"Sungguh takabbur kita semua jika hanya menikmati hasil negeri warisan pendahulu lalu membiarkan tempat peristirahatan mereka terbengkalai bahkah punah akibat syahwat duniawi "kata Tgk Tarmizi Thaib.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat agar kembali bangun bahu membahu menjaga dan melestarikan setiap peninggalan sejarah sesuai dengan falsafah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
"Turi droe,tusoe droe,tuban droe,”pesan ketua MARA Aceh.
Komentar