Kendati TC MTQ Resmi Ditutup
Cabang KTIQ MTQ Bener Meriah Tetap Perketat TC Secara Mandiri

BENER MERIAH – Kendati Training Center (TC) yang di ikuiti peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Kabupaten Bener Meriah telah ditutup. Namun, dalam meningkatkan kemampuan peserta cabang Karya Tulis Ilmiah Al-quran (KTIQ) terus akan melakukan pelatihan.
Sebab, cabang KTIQ yang dimusabaqahkan adalah cabang yang paling bergengsi. Pasalnya, tidak sembarang orang dan orang sembarangan yang dapat menjadi peserta.
“Butuh proses panjang untuk menjadikan seseoarang sebagai peserta pada cabang ini, justru itu guna untuk mendapatkan hasil maksimal terhadap cabang KTIQ tentunya harus selalu melakukan pelatihan dan pembinaan secara ketat terhadap para peserta,“ kata Turham salah seorang Pembina cabang KTIQ Bener Meriah, Jumat, 25 Juni 2021
Mahasiswa Program Doktor (S-3) Pascaserjana UIN Sumatera Utara itu menambahkan, sejatinya, MTQ tingkat Provinsi Aceh yang ke XXXV digelar pada bulan Novemver 2021, Bener Meriah sebagai tuan rumah tentu harus mempersiapakan kemapuan para peserta dalam mengahadapi event yang dinatikan masyarakat Serambi Mekah.
Sementara itu, Muhajir HHum yang juga merupakan pembina MTQ cabang KTIQ Bener Meriah menyampaikan, pelatihan ini harus lebih ditingkatkan lagi kendati TC secara resmi telah usai, artinya secara pribadi peserta dituntut harus memaksimalkan latihannya di rumah secara mandiri dan tetap berkonsultasi dengan pembimbing, sehingga waktu musabaqah nanti peserta akan merasa lebih mudah.
Lebih lanjut Dosen STIT Busatnul Arifin itu menyampaikan, dalam rangka menghadapi MTQ Provinsi Aceh ke XXXV, kafilah Bener Meriah khususnya cabang KTIQ harus punya progress lebih dari sebelumnya apalagi Kabupaten Bener Meriah sebagai tuan rumah tentu perlu menunjukan kemampuan yang lebih sebagai upaya beban moral.
“Kita sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan MTQ tingkat Provinsi Aceh, tentu harus siap dan dengan menunjukan kemampuan yang maksimal untuk mendulang prestasi nantinya,” ujar Kabag Umum setdakab Bener Meriah itu
Sedangkan Zaini Maktum, MA mengatakan TC gelombang ke 3 ini mencoba menyelusuri tema kedua cabang KTIQ yaitu tentang ketahanan keluarga dalam menopang ketahanan nasional. Pengerucutan tema ini tertuju pada kebijakan local Wisdom dengan mengangkat budaya gayo yang memiliki nilai daya tinggi, seperti budaya mangan murum dalam keluarga (kenduri) sebagai media pendidikan, menejemen keuangan petani kopi gayo, serta beru berama bujang berine (red-gayo).
“Kajian ini menjadi lebih menarik untuk di kembangkan mengingat gayo saat ini telah terjadi krisis penguatan budaya,“ jelas Kepala MTs An Nur Tingkem sekaligus sebagai Dosen STIT Bustanul Arifin.
Sementara pembimbing dari Provinsi Aceh, Hasan Basri M Nur MA menilai, peserta selama dua kali TC di Banda Aceh dan Bener Meriah mengatakan, unsur pertama dan utama dalam menulis karya ilmiah adalah pemetaan masalah, perumusan masalah dan cara mendalami masalah serta penyelesaiannya. Pola ini juga berlaku dalam musabaqah bidang Karya Tulis Ilmiah Quran (KTIQ).
Ditambahkan, selama TC dalam durasi empat hari penuh yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bener Meriah melalui Dinas Syariat Islam, calon peserta cabang KTIQ yang terdiri dari dua putra Sahrizal dan Sabaruddin, dua putri Hilmadia Miranti dan Hilmavina.
“Saya melihat ada peserta yang sudah mulai paham cara memetakan permasalahan terkait tema yang diberikan panitia dalam cabang KTIQ dan mampu mencari konsepsi Alquran terkait masalah yang dibahas,“ pungkas Dosen Fak Dakwah UIN Ar Raniry itu
Komentar