Kepala Dinas Syari'at Islam Kota Banda Aceh, Ridwan, S.Ag, M.Pd, menjadi narasumber peHTem edisi Kamis, 5 Oktober 2023 episode ke 14 Tahun ke IV dengan tema: Meneguhkan Banda Aceh Sebagai Barometer Penegakan Syari'at Islam di Nusantara yang dipandu oleh host Siti Aminah, S.IP, M.MLS Jangan lupa like share comment and subscribe.

Kisah Ibu Inoeng,

Anaknya Hilang Ditelan Tsunami Menjelang Wisuda

FOTO | mediaaceh.coIbu Inoeng
A A A

SUASANA di Kota Banda Aceh seketika terasa hening. Lantunan ayat alquran dan zikir terdengar di setiap sudut Masjid. Langit kota madani masih terlihat pudar matahari tak mengeluarkan wujud asli.

Suasana religius begitu terasa bahkan kicauan burung hampir tidak terdengar seperti biasanya. Senin 26 Desember 2016. Seperti biasa, setiap tahunnya kuburan massal tsunami Aceh yang berada di Ulee Lheu ramai dikunjungi para keluarga korban yang ditinggal.

Sejak jam 07.00 pagi masyarakat telah berkumpul di perkarangan kuburan, mereka adalah keluarga korban sedang memanjatkan doa untuk keluarga yang telah syahid dalam tragedy 12 tahun silam. Bahkan  sebagian warga belum menemukan jasat keluarga mereka yang hilang ditelan tsunami.

Gelombang tsunami yang menelan ribuan nyawa  itu hingga saat ini masih ada keluarga yang belum menemukan jasat keluarganya seperti kehilangan anak, ibu, suami, istri dan saudara-saudara mereka.

Seperti halnya dirasakan Ibu Inong (60 tahun) warga Sumatra Utara. Ia kehilangan kedua anak kandungnya dan beberapa orang keluaraga dalam bencana tsunami. Keberadaan jasat kedua anaknya belum ditemukan higga kini.

Tubuhnya terkulai lemas di atas kuburan, air mata terus mengalir rasa sedih tak dapat dibendung. Ibu Inong mempunyai dua orang anak yang sedang menjalani pendidikan di bangku kuliah Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.  Mereka adalah Yuslinar dan Marhamah. Isak tangis tak sanggup dibendung Ibu Inong saat mengingat anak pertamanya Yuslinar akan diwisuda.

“Yang ibu ngak tahan sampai sekarang adalah si Yuslinar dua bulan lagi mau menjadi sarjana, sedangkan adiknya masih semester lima. Jenasah hingga kini belum kami temukan,” ujar Ibu Inong menagis.

Di Banda Aceh, mereka tinggal di gampong Keudah, Kecamatan Kutaraja bersama dengan neneknya. Ibu Inong merupakan warga asli Keudah dan telah menetap di Medan karena menikah di sana.

Ibu Inong bercerita, kala itu usai mendengar tentang tsunami yang  menewaskan ribuan warga. Ia mulai gelisah menunggu kabar dari kedua anaknya tak kunjung tiba. Nomor mereka keduanya tidak aktif,  tak sanggup menahan hati seorang ibu terhadap anak akhirnya ia berangkat ke Aceh pada Selasa pagi untuk mencari keberadaan kedua anaknya..

“Waktu itu saya menunggu kabar dari anak saya karena waktu kami hubungi nomor mereka tidak aktif. Hingga dua hari setelah itu saya  datang ke Aceh mencari tahu keberadaan kedua anak saya,”  kata Ibu Inong.

Setiba di Banda Aceh ia melihat kondisi kota telah hancur rata dengan tanah.  Ibu Inong langsung mencari kedua anaknya.  Kendati demikan, setelah beberapa hari  masa pencaharian Ibu tidak menemukan buah hatinya.

“Saya sudah pasrah dan ikhlas mungkin ada dibalik bencana itu ada hikmah diberikan Allah. Hingga kini jasat mereka belum saya temukan,” ujarnya.

Ibu Inong mengatakan, setiap peringatan tsunami 26 Desember.  Ia selalu kembali ke Aceh bersama dengan suami. Ia meyakini anaknya yang hilang itu jasadnya berada di kuburan massal Ulee Lheue.

Sumber:mediaaceh.co
Rubrik:ACEH

Komentar

Loading...