Aceh Belum Baik-baik Saja

Tulisan ini sekedar melepaskan kebiasan gerakan jari jemari sembari mengetuk pintu hati tuan-tuan agar jangan larut gembira diatas kemiskinan rakyat jelata
Dr. Zainuddin, SE, M.Si Dosen Universitas Serambi Mekkah
DALAM banyak literatur dinyatakan bahwa tugas utama pelayanan pemangku kepentingan sebuah Negara atau sebuah daerah adalah menjamin kehidupan yang layak bagi rakyatnya.
Tugas ini mau tidak mau harus dipikul bila mau menjadi pemangku kepentingan sebauah daera atau sebauah Negara. Hidup layak yang dimaksud adalah kehidupan yang harus hilang label kemiskinan dan jika pun ada harus tidak lebih dari 5 persen jumlah penduduknya.
Dalam konteks Aceh dapat kita jelaskan bahwa fenomena kemiskinan seperti yang diperlihatkan oleh data statistic (diolah) berikut ini:
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa dalam tiga tahun terakhir terlihat pergerakan persentase kemiskinan yang dialami oleh Provinsi Aceh masih sangat tinggi, yaitu secara rata-rata selam tiga tahun kemiskinan masih berada pada 15.05 persen dari jumlah penduduknya. Jadi bila kita ingin normal keberadaan kemiskinan harus ≤ 5%, maka sungguh masih dahsyat kemiskinan yang terjadi di Provinsi Aceh.
Kemiskinan ini dengan mudahnya kita dapati ditengah-tengah masyarakat dan dengan berbagai corak dan ragam kemiskinan itu tercipta. Diantara kemiskinan itu terjadi adalah karena masyarakat tidak memiliki wadah dalam mencari pendapatan dan sepanjang pengamatan yang sangat terkonsentrasi terjadi kemiskinan itu di masyarakat yang mengaku dirinya petani. Kenapa petani itu banyak menyumbang kemiskinan di Aceh karena pada dasarnya masih banyak yang berprofesi tani tetapi tidak memiliki lahan (sawah) dan bila pun ada lahan tetapi itu sangat-sangat terbatas. Sehingga, dapat dinytakan bahwa petani di Aceh sebenarnya dalam masa krisis lahan (sawah) dan kenapa bisa krisis lahan itu terjadi bisa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya tidak ada upaya pengadaan lahan baru atas lahan yang dialih fungsi dan kenyataannya jumlah petani semakin tahun semakin meningkat serta lahan sawah terjadi sebaliknya.
Jika demikian adanya, apa solusi yang sangat memungkinkan itu dilakukan dan insya Allah kemiskinan akan dapat ditekan hingga mendekati 5% adalah para pemangku kepentingan di Provinsi Aceh fokus dan serius mengurusi pertanian terutama pengadaan lahan (sawah) baru untuk dibagikan kepada para petani dengan model manajemen yang baik dan transparan. Karena pada hakikatnya sebenarnya pertanian itu harus bisa tercipta kesejahteraan bagi para pelakunya bila dikelola dengan manajemen yang mumpuni. Dan bila mampu hal tersebut dilakukan oleh pemangku kepentingan, maka semua masalah ekonomipun dapat diselesaikan seperti pengangguran yang semakin menumpuk. Bila sektor pertanian sudah dimange dengan baik, maka akan timbul rasa cinta terhadap profesi tani itu sendiri, sehingga anak-anak muda akan giat bertani, para sarjana juga akan pulang ke kampong halaman membenahi pertanian dan akhrinya insya Allah negeri Aceh bisa menetaskan kemiskinan lima tahun ke depan.
Sobat, selama tanda tangan mu masih berguna dan selama telunjuk mu masih diikuti berbuatlah untuk anak negeri yang lebih baik dan jangan hari-hari mu dihabiskan untuk kepuasan diri sendiri. Ingat masa kita terbatas, keceriaan itu hanya sebentar tetapi bila kebaikan mu menjsejahterakan anak negeri itu pahala mu sepanjang masa. Tulisan ini sekedar melepaskan kebiasan gerakan jari jemari sembari mengetuk pintu hati tuan-tuan agar jangan larut gembira diatas kemiskinan rakyat jelata. Semaga Tuhan yagn Maha Pemurah senantiasa merahmati kita semua. Atjeh ulon sayang.[]
*) Dr. Zainuddin, SE, M.Si
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah
Komentar