5 Alasan untuk Mulai Detoks Smartphone

JAKARTA - Detoks' smartphone lagi ngetren belakangan. Tapi tahukah kamu, lebih dari sekadar tren, detoks smartphone bisa membuat kehidupan kamu menjadi lebih baik lagi.
Coba saja untuk mengurangi penggunaan smartphone selama beberapa hari. Sejumlah orang yang melakukan hal ini melaporkan perubahan positif dalam diri mereka. Berikut ini 5 alasan untuk mulai mencoba hal tersebut.
- Penilaian negatif dalam pertemanan
Beragam studi menemukan sering mengecek ponsel bisa berdampak pada hubungan pertemanan. Sebuah studi 2012 di University of Essex menemukan bahwa semakin sering menggunakan perangkat mobile bisa membuat kesan negatif.
Pada sebuah eksperimen, para responden dipasangkan dengan seseorang untuk berdiskusi selama 10 menit. Setengahnya menggunakan ponsel tetapi tidak digunakan dan setengahnya tidak membawa ponsel. Hasilnya,orang-orang dengan ponsel dipandang kurang terikat dan lebih negatif daripada orang-orang yang tidak memilikinya.
- Ganggu tidur
Cahaya biru yang dihasilkan ponsel untuk menghambat produksi melatonin, hormon yang menyebabkan tidur. Mata kita terbiasa menyerap cahaya biru dari matahari di siang hari, jadi ketika kita mendapatkannya di malam hari itu mengganggu ritme sirkadian yang memacu kita untuk tidak beristirahat di malam hari.
- Awas 'Text Neck'
Ponsel bisa memberikan dampak buruk jika dilakukan terus menerus. Dokter pun mengatakan angka orang yang melapor mengalami sakit pada leher mereka meningkat dan diduga penyebabnya adalah menunduk terlalu lama saat menggunakan ponsel.
- 'Text Claw'
Pada 2013, istilah 'text claw' diciptakan untuk menggambarkan kram dan rasa sakit yang disebabkan oleh terlalu banyak penggunaan ponsel. Memegang ponsel terus menerus dapat menyebabkan masalah peradangan dan tendon. Paling rentan adalah ibu jari, yang digunakan sebagian besar pengguna untuk mengetik di layar ponsel.
- Lebih stres
Satu studi yang dilakukan oleh universitas di Seoul, Korea, mereka membandingkan kesehatan mental remaja yang kecanduan smartphone dan teman sebayanya yang tidak kecanduan. Mereka menemukan bahwa para remaja yang kecanduan teknologi menunjukkan tingkat kecemasan, depresi, insomnia, dan impulsif yang jauh lebih tinggi.
Komentar